29 Jul 2013

ISLAM DAN AKAR KEBUDAYAAN DI YOGYAKARTA

Islam dikawasan kepulauan nusantara telah berkembang dengan pesat melalui beberapa proses akultursi budaya. Integrasi pemikiran islam selalu dikaitkan dengan kekhasan budaya lokal. Dalam konteks ini dakwah islamiyah selalu melihat lingkungan sosial budaya dengan arif dan bijaksana. Kemampuan adaptasi ini merupakan kecerdasan sosial, intelektual dan spiritual yang dimiliki oleh para ulama dahulu yang bertugas menyebarkan agama islam. Kearifan lokal menjadi dasar dalam menerapkan nilai-nilai keislaman, sehingga terjadi sebuah hubungan harmonis antara agama dan budaya.


   Pada dasarnya perkembangan suatu kebudayaan yang mengandung nilai-nilai ajaran islam pasti melalui suatu dinamika dan proses yang panjang. Integrasi islam dan budaya lokal bisa lebih dipahami dengan melihat beberapa contoh kebudayaan nusantara yang mengandung unsur-unsur perspektif islam. Sebagai salah satu contoh adalah akar kebudayaan Jogjakarta yang masuk kedalam budaya Jawa. Maka dalam contoh ini akan diketahui unsur-unsur islam yang mewarnai kebudayaan Jogjakarta.

   Membicarakan akar kebudayaan Jogjakarta tidak dapat dipisahkan oleh keberadaan Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat (Kraton Jogja) sebagai pusat sekaligus pengembang dan penjaga kebudayaan Jogjakarta. Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat adalah pewaris syah Kerajaan Mataaram Islam. Nilai dasar atau ruh Kraton Jogja adalah islam. Ajaran yang berupa Hakikat, Syari’at, dan Ma’rifat Islamiyah diusahakan berjalan dengan menggunakan simbol-simbol dan pendekatan budaya Jawa.

Sebagai kerajaan Islam Kasultanan Jogjakarta menghidupkan syari’at islam, yaitu antara lain menjalankan hukum Islam dengan membuat “Mahkamah Al Kabiroh” di serambi Masjid Gedhe Kauman, disamping membuat masjid kerajaan (Masjid Gedhe), juga membuat Masjid Pathok Negara (batas negara agung/ibu kota) dilengkapi dengan tanah perdikan untuk pesantren. Di bangun pula Masjid Penepen (untuk I’tiqaf Sultan, letaknya didalam Kraton), dan Masjid Suronoto untuk sholat para abdi dalem (letaknya di Keben). Selain masjid, dalam struktur Kraton juga terdapat pejabat yang mengurusi perkembangan agama Islam, yang dikepalai oleh Penghulu Kraton, dibantu Kaji Selusinan dan para Ketib. Keturunan sultan (Raja) yang disebut Sentana Dalem  bila akan menikah harus dengan sesama muslim. Pernikahan dan pembagian hukum waris di kraton juga dengan Hukum Islam. 

   Kraton Jogjakarta juga masih terus menghidupkan upacara-upacara yang bernafaskan islam, antara lain: Sekaten dan Grebek Mulud (untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW), Grebek Syawal dan Silaturahmi Sultan dengan Rakyat (menyambut idul fitri), Grebek Besar (memperingati hari raya Idul Adha) dan tidak lupa Siltan juga membagikan Zakat Fitrah dan Hewan Qurban. 

Budaya seni Jogjakarta juga tidak terlepas dari nafas islam yang dapat dilihat dari Seni Sastra (Serat Muhammad, Serat Ambiya, dan Serat Tajus Salatin), Seni Suara (Macapat, Langen Swara, dan Slawatan), Seni Lukis (bangunan kraton dan masjid), Seni Musik (Gamelan Sekaten, Seni Pedalangan, seperti dimunculkannya Wayang Sadat, Episode Dewa Ruci dan Jimat Kalimasada).

   Dalam seni pengaturan negara (berpolitik), pejabat negara mendapatkan status sebagai “Pamong” atau “Pangon” yang artinya penggembala. Maknanya bahwa pejabat negara adalah pelayan umat yang melindungi dan mengusahakan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Istilah Pamong selaras dengan ajaran islam, yaitu “Ro’in” yang artinya penggembala atau yang mengelola.
Masyarakat Jawa termasuk Jogjakarta memiliki dua kaidah dasar dalam kehidupan masyarakat, yaitu Prinsip Rukun (mewujudkan/mempertahankan masyarakat dalam keadaan harmonis) dan Prinsip Hormat (berperan dalam mengatur pola interaksi sosial masyarakat Jawa). Selain itu juga terdapat beberapa nilai yang menjadi pegangan dalam kehidupan masyarakat Jogjakarta, yaitu: Nrimo, Sabar, Gotong Royong, Taqwa, Rembug Bareng, Tepa-Slira dan Ojo Dumeh.
Nrimo adalah mensyukuri kepada apa yang telah diperoleh. Apabila terjadi suatu halangan setelah diusahakan, maka akan nrimo atau pasrah kepada Allah Yang Maha Berkehendak (Nrimo Ing Pandum). Dalam ajaran Islam sikap mensyukuri karunia dari Allah SWT merupakan kewajiban bagi seorang hambanya.

Sabar adalah nilai yang percaya bahwa orang yang sabar akan mendapatkan kesejahteraan dan keselamatan. Dalam menyelesaikan masalah harus dilakukan dengan penuh kesabaran atau tidak boleh gegabah (sing sabar-subur). Ajaran tentang sabar ini jelas berasal dari agama Islam.
Gotong Royong adalah nilai kebersamaan yang saling peduli dan saling membantu meringankan beban dalam kehidupan bermasyarakat. Gotong Royong juga terdapat dalam ajaran Islam yang menganjurkan untuk “ Bertolong-tolonglah kamu dalam perbuatan baik berasarkan Taqwa”.
Taqwa merupakan pakaian kehidupan bagi masyarakat Jawa yaitu diajarkan dekat dengan Allah SWT dengan mentaati perintah dan menjauhi laranganNya. Taqwa ini disimbolkan dengan baju (Takwo).
Rembug Bareng yaitu apabila memutuskan sesuatu yang mengandung harkat dan kepentingan orang banyak maka selalu diadakan Rembug Bareng (Rembug Desa). Hal ini berkaitan dengan ajaran Islam “Musyawarah” untuk memutuskan sesuatu.

   Tepa-Slira adalah memahami dan menghormati perasaaan orang lain dalam rangka menjaga persaudaraan  dan menjauhkan dari segala macam konflik. Dalam ajaran Islam manusia diharapkan untuk Tafahum atau saling memahami dalam perbedaan agar terhindar dari perpecahan.
Ojo Dumeh, dilarang berbuat kibir (takabur/sombong) dan merendahkan orang lain. Dalam ajaran Islam larangan takabur dan sombong juga diajarkan kepada umat.
Akar kebudayaan Jogjakarta memiliki nafas yang sama dengan ajaran Islam dan memiliki keterkaitan yang erat. Ajaran Islam yang sudah lama dikembangkan dalam masyarakat Jogjakarta memiliki andil yang besar dalam mewarnai kehidupan berbudaya. Hanya dalam penampilan dan penyampaiannya banyak yang dibungkus dengan istilah Jawa.

Oleh : Yeni Nur Taqwin Mahasiswa Ilmu Perpustakaan 

No comments:

Post a Comment

CONTOH PROPOSAL PENGADAAN PERPUSTAKAAN DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013

CONTOH PROPOSAL PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA   PERPUSTAKAAN SMA NEGERI BAB   I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pe...